Syekh Siti Jenar mengetahui benar di mana kemusnahan anta ya mulya, yaitu Dzat yang melanggengkan budi, berdasarkan dalil ramaitu, ialah dalil yang dapat memusnahkan beraneka ragam selubung, yaitu dapat lepas bagaikan anak panah, tiada dapat diketahui di mana busurnya.
Inilah ajaran puncak dari Syekh Siti Jenar. Dunia adalah manifestasi wujud yang satu, dan hakikat keberadaan bukanlah dualitas. Sehingga, kemana pun kita hadapkan diri kita, maka sesungguhnya kita senantiasa menghadap Wajah-Nya. Semua adalah penampakan Wajah-Nya. Sekarang marilah kita cicipi dua bait puisi dari Syekh Siti Jenar.

Puisi Filsafat Syekh Siti Jenar. NgajiFilsafat FahruddinFaiz SyekSitiJenarNgaji Filsafat. Oct 24 2016 Menurut Syekh Siti Jenar Bahwa Al - FATIHAH adalah termasuk salah satu kunci sah nya orang yang menjalani laku manunggal Ibadah. Misteri tentang kisah Syekh Siti Jenar seolah-olah selalu menarik untuk diulas. Ngaji filsafat terbaru dr fahruddin

Seperti perkataan, "Tidak ada sesuatu apa pun di jubah ini, kecuali Allah ," maka yang dimaksudkan ialah: apa yang ada di jubah ini, bahkan alam secara keseuruhan, tidak mungkin ada, kecuali diciptakan oleh Allah.". Pemikiran manunggaling kawula gusti tidak hanya ada di agama Islam saja. hampir setiap agama, memiliki aliran penyatuan
Itulah sembah puji senantiasa Jika begitulah memang Keberadaan manusia Bahagia meski tanpa sandang Tak beruka meski tanpa pangan Kalaulah dicela Justru teram
Ajaran Syekh Siti Jenar yang paling kontroversial terkait dengan konsepnya tentang hidup dan mati, Tuhan dan kebebasan, serta tempat berlakunya syariat tersebut.Syeh Siti Jenar memandang bahwa kehidupan manusia di dunia ini disebut sebagai kematian. Sebaliknya, yaitu apa yang disebut umum sebagai kematian justru disebut sebagai awal dari kehidupan yang hakiki dan abadi.
bS45LjL.
  • k3zstwrv2e.pages.dev/460
  • k3zstwrv2e.pages.dev/71
  • k3zstwrv2e.pages.dev/93
  • k3zstwrv2e.pages.dev/548
  • k3zstwrv2e.pages.dev/544
  • k3zstwrv2e.pages.dev/394
  • k3zstwrv2e.pages.dev/173
  • k3zstwrv2e.pages.dev/186
  • puisi syekh siti jenar